Rindu merambat, bak sulur merambat tembok tua,
Menjalar dalam dada, sesak terasa.
Air mata jatuh, membasahi pipi,
Kenangan bersama Ayah, kembali bersemi.
Tangis pilu, mengiringi setiap hembusan nafas,
Suara Ayah, hilang ditelan waktu yang deras.
Tangan kasarnya, yang dulu menuntun langkah,
Kini hanya bayangan, dalam mimpi yang tak pernah lengkap.
Aroma masakannya, masih tercium samar,
Hangatnya pelukannya, masih terasa di dalam mimpi.
Senyumnya yang teduh, kini hanya kenangan,
Rasa rindu ini, takkan pernah hilang sampai kapanpun.
Hatiku pilu, menahan beban rindu yang amat sangat,
Kangen Ayah, kangen pelukannya yang hangat.
Doa selalu terpanjat, untukmu di sana,
Semoga tenang, di alam baka yang abadi.
Oleh : Ansyori Ali Akbar
(Penikmat Kopi Tanpa Gula)