Penulis : Ansyori Ali Akbar | Jumat , 02 Mei 2025. Pukul.09.30. Wib.
(penikmat Kopi Tanpa Gula)
Di Kerajaan Dongeng, sebuah negeri yang makmur dan tenteram, bertahta seorang pangeran tampan yang bijaksana. Ketampanannya bukan sekadar anugerah fisik, melainkan juga cerminan jiwa yang mulia. Ia bukan hanya pemimpin yang gagah berani di medan perang, tetapi juga bijaksana dalam memimpin pemerintahan. Kerajaan Dongeng di bawah kepemimpinannya semakin makmur dan damai. Gotong royong dan saling membantu tetap menjadi nadi kehidupan masyarakat, sebuah nilai luhur yang diwariskan turun-temurun. Senyum hangat dan sapaan ramah selalu terpancar dari setiap wajah penduduknya, menggambarkan harmoni sosial yang begitu kuat.
Namun, di balik gemerlap kerajaan, tersimpan sebuah kisah pilu. Meskipun dikaruniai paras tampan dan kekuasaan yang besar, sang pangeran sering merasa kesepian. Ia mendambakan seorang putri bukan hanya cantik jelita, tetapi juga cerdas, berwawasan luas, dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Seorang putri yang mampu memahaminya, bukan hanya sebagai seorang pangeran, melainkan juga sebagai seorang manusia biasa dengan segala keraguan dan kelemahannya. Ia membutuhkan seseorang yang mampu menavigasi dunia politik yang rumit, seseorang yang mampu bersosialisasi dengan berbagai kalangan, dan seseorang yang memahami makna sejati dari kehidupan bermasyarakat.
Keinginan akan pendamping hidup yang ideal itu seringkali membuat pangeran larut dalam lamunan. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di taman kerajaan, menatap langit senja yang jingga, merenungkan siapa gerangan yang pantas mendampinginya. Bayangan-bayangan wajah cantik silih berganti muncul dalam benaknya, namun tak satu pun yang mampu memenuhi kriteria yang ia tetapkan. Ia menyadari bahwa menemukan pendamping hidup bukanlah sekadar mencari kecantikan fisik, melainkan mencari seseorang yang memiliki keselarasan jiwa dan visi.
Kegelisahan hati sang pangeran tak hanya terpancar dalam kesendiriannya, tetapi juga dalam sikapnya yang penuh pertimbangan dan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan rakyatnya. Meskipun memiliki kekuasaan yang besar, ia selalu berusaha untuk tidak tinggi hati. Ia selalu mengingat bahwa kekuasaannya berasal dari rakyat, dan kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab utamanya. Oleh karena itu, ia selalu berbicara dengan rendah hati, mendengarkan keluh kesah rakyatnya dengan penuh perhatian, dan berusaha untuk menyelesaikan setiap permasalahan dengan bijaksana.
Lebih dari itu, sang pangeran dikenal karena sikapnya yang adil dan bijaksana dalam memandang perbedaan. Ia tidak pernah membeda-bedakan sudut pandang politik atau pendapat, bahkan di tengah pertempuran sengit dunia politik yang penuh dengan pilihan berbeda. Pikirannya selalu jernih dan ksatria, ia tidak membedakan kasta, derajat, atau tahta dalam pergaulannya dengan setiap rakyat dan masyarakatnya. Setiap individu, tanpa memandang status sosialnya, mendapatkan perlakuan yang sama di matanya. Sikapnya ini semakin memperkuat citranya sebagai pemimpin yang dicintai dan dihormati rakyatnya.
Ketakutan akan kesalahpahaman dan ketidakadilan selalu menghantuinya. Ia menyadari bahwa setiap kata dan tindakannya dapat berdampak besar pada kehidupan rakyatnya. Oleh karena itu, ia selalu berhati-hati dalam setiap ucapan dan keputusan yang diambilnya. Ia seringkali menghabiskan waktu berdiskusi dengan para penasihat kerajaan, mencari masukan dan saran sebelum mengambil keputusan penting. Ia percaya bahwa kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kebijaksanaan, keadilan, dan rasa empati yang tinggi.
Sang pangeran muda ini menjadi legenda di kerajaan Dongeng, betapa pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan penuh pertimbangan. Pentingnya nilai-nilai kebersamaan, gotong royong,tidak membeda pandangan berpolitik, bersosial dan saling menghormati dalam membangun sebuah masyarakat yang adil dan makmur. Negeri Dongeng, dengan segala kemegahan dan kemakmurannya, tetaplah sebuah negeri yang dibangun di atas fondasi cinta dan kebersamaan.